Senin, 22 November 2010

OBESITAS2

OBESITAS
Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia karena prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa dan anak baik di negara maju maupun negara sedang berkembang. Di antara negara sedang berkembang, jumlah anak usia sekolah dengan overweight terbanyak berada di kawasan Asia yaitu 60% populasi atau sekitar 10,6 juta jiwa. Penelitian di Semarang pada tahun 2004 memperlihatkan bahwa prevalensi overweight pada anak 6-7 tahun adalah 9,1% sedangkan obesitas 10,6%. Peningkatan prevalensi obesitas terjadi karena berkurangnya aktivitas fisik dan perubahan pola makan. Metabolisme energi ini berperan penting dalam pengaturan berat badan dan patogenesis obesitas. Komponen terbesar pengeluaran energi adalah resting energy expenditure (REE) yang diperlukan untuk mempertahankan homeostasis tubuh, sedangkan aktivitas fisik merupakan kunci utama keseimbangan energi.
Aktivitas fisik menyumbang 31% pengeluaran energi pada anak laki-laki dan 25% pada anak perempuan. Begitu salah satu paparan yang disampaikan dr. Mexitalia Setiawati Estiningtyas, M. SpA(K) dalam Promosi Doktor Ilmu Kedokteran Pascasarjana UNDIP hari ini 27 Februari 2010. Sebagai promotor adalah Prof. Dr. dr. Ag. Soemantri, SpA(K), Ssi; dr. Damayanti R. Sjarif, PhD, SpA(K) dan Prof. Dr. dr. Hertanto Wahyu Subagio, MS, SpGK. Salah satu dokter yang pernah menyandang Dokter Teladan tingkat Nasional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada Tahun 1994 ini melakukan penelitian faktor risiko obesitas pada kelompok remaja obesitas dan gizi normal pada satu SMP di Semarang, dimana hasilnya memperlihatkan bahwa pengeluaran energi saat istirahat (REE) dan pengeluaran energi total (TEE) setelah dikontrol berat badan lebih rendah secara bermakna pada remaja obesitas dibanding remaja normal, tetapi tidak ada perbedaan pada tingkat aktivitas fisik dan asupan energi pada kedua kelompok. Semua subyek termasuk dalam kategori kurang aktif, dengan waktu yang dihabiskan untuk aktivitas sedang sampai berat hanya 30 menit / hari, dan jumlah langkah kaki 8.000 sampai 9.000 langkah kaki / hari, di bawah rekomendasi yang dianjurkan. Obesitas (kegemukan) pada remaja tidak dapat dipandang sebelah mata, semakin banyaknya remaja yang mengalami obesitas saat ini menjadi indikasi masalah kesehatan yang akan terus berkembang. Sebuah langkah penting untuk mengenal obesitas pada remaja secara lebih dalam, mengingat obesitas sering menimbulkan resiko kesehatan lainnya yang lebih serius. Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam American Journal of Epidemiology, mengungkapkan, obesitas yang dialami seseorang pada saat remaja berkaitan erat dengan peningkatan risiko kematian di usia paruh baya.
Penelitian tersebut melibatkan 227 ribu pria dan wanita Norwegia yang diukur tinggi dan berat badannya antara 1963-1975 saat mereka berusia antara 14-19 tahun, dengan mengikuti perkembangan mereka sampai tahun 2004, saat mereka rata-rata berusia 52 tahun, 9.650 orang diantaranya meninggal.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa mereka yang mengalami obesitas atau everweight (kelebihan berat badan) saat remaja diketahui 3-4 kali lebih beresiko mengalami penyakit jantung yang berujung pada kematian. Resiko kanker kolon serta penyakit pernapasan asma dan emfisema juga meningkat 2-3 kali.

Obesitas atau Overweight ?
Obesitas yang dalam bahasa awam sering disebut kegemukan merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang dan menyebabkan gangguan psikologis yang serius. Belum lagi kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Dapat dibayangkan jika obisitas terjadi pada remaja, maka remaja tersebut akan tumbuh menjadi remaja yang kurang percaya diri.
Obesitas terjadi jika seseorang mengkonsumsi kalori melebihi jumlah kalori yang dibakar. Pada hakikatnya tubuh memerlukan asupan kalori untuk kelangsungan hidup dan aktivitas fisik. Namun untuk menjaga berat badan, perlu adanya keseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. Ketidakseimbangan energi yang terjadi dapat mengarah pada kelebihan berat badan dan obesitas. Ketidakseimbangan energi yang masuk dan keluar ini berbeda pada tiap individu. Beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya genetic dan lingkungan.
Derajat obesitas biasanya diukur dengan menghitung Body Mass Index (BMI) atau Index Massa Tubuh (IMT), Nilai BMI diperoleh dari membagi berat badan dalam kilogram (kg) dengan kuadrat tinggi dalam meter (m2). Nilai 25-29,9 dikategorikan sebagai berat badan lebih (overweight), sedangkan nilai 30 atau lebih dikatakan sebagai obesitas.

TABEL KLASIFIKASI BMI

Klasifikasi
BMI (kg/m2)
Underweight
< 18 – 50
Berat
< 16.00
Menengah
16.00 – 16.99
Ringan
17.00 – 18.49
Batas Normal
18, 50 – 24. 99
Overweight
> 25.00
Pre – obesitas
25.00 – 29.99
Obesitas
> 30.00
Obesitas I
30.00 – 34.99
Obesitas II
35.00 – 39.99
Obesitas III
40.00

Sumber : Diadaptasi dari WHO

Obesitas , Masalah Sensitif bagi Remaja
Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja yang mengalami kelebihan berat badan mungkin memperhatikan perubahan fisiknya tersebut. Disamping risiko kesehatan jangka panjang seperti peningkatan tekanan darah dan diabetes, masalah sosial dan emosional sebagai akibat kelebihan berat badan dapat menyebabkan remaja putus asa. Belum lagi jika usaha menurunkan berat badan tidak memberikan hasil terbaik.
Remaja perlu diingatkan bahwa tidak ada gambaran tubuh yang sempurna yang dapat dicapai. Berat yang sesuai untuk seseorang belum tentu tepat untuk orang lain. Remaja harus didorong untuk mencapai berat badan yang sehat.
Menurunkan berat badan dan tetap mempertahankannya merupakan komitmen jangka panjang. Diperlukan perubahan gaya hidup yang teratur dan konsisten agar upaya yang telah dilakukan tidak sia-sia. Diet yang berlebihan akan mengurangi asupan nutrisi yang diperlukan untuk perkembangan remaja. Sementara pil penurun berat badan instan hanyalah solusi sementara yang tidak menyelesaikan akar permasalahan.
Aktivitas fisik juga diperlukan untuk membantu penurunan berat badan dan membakar kalori. Ikut serta dalam tim olahraga di sekolah, bersepeda atau mungkin berjalan kaki ke sekolah merupakan diantara cara untuk membuat remaja tetap aktif. Mencuci mobil atau melakukan pekerjaan rumah tangga juga dapat dihitung sebagai aktivitas fisik.
Biasakan remaja untuk sarapan sebelum memulai aktivitas. Walaupun kadang dianggap sepele, namun sesungguhnya sarapan merupakan hal yang penting. Sarapan yang bergizi akan memberi energi untuk menghadapi aktivitas sepanjang hari. Selain itu, sarapan dapat mencegah remaja makan berlebihan pada siang dan malam harinya. Bekali juga remaja dengan cemilan sehat seperti buah-buahan.
Mengukur porsi makanan juga penting. Makanlah hanya saat lapar dan berhenti sebelum benar-benar merasa kenyang. Hal yang sering dilupakan oleh remaja adalah konsumsi minum-minuman yang mengandung gula dan kalori berlebih seperti soda. Padahal kelebihan kalori akan berakibat pada obesitas.
Kebiasaan sehat harus ditularkan ke seluruh anggota keluarga. Makanan sehat dan aktifitas fisik tentunya baik untuk semua orang. Remaja yang sedang dalam proses penurunan berat badan memerlukan dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitarnya.

Cara Penurunan Berat Badan yang Sehat
Tujuan dari terapi obesitas tak lain untuk mencapai dan menjaga berat badan yang sehat. Jumlah kilogram berat badan yang harus diturunkan ini terkadang lebih sedikit daripada yang dirasakan oleh mereka yang menjalani terapi obesitas.
Padahal, penurunan berat badan sekitar 5-10 % saja sudah dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan. Namun jangan pernah berhenti saat mencapai hasil ini. Penurunan berat badan 0,5 kg per minggu secara perlahan dan konstan merupakan cara yang aman untuk menjaga berat badan.
Upaya untuk mencapai berat badan yang sehat dapat dilakukan melalui; pertama,perubahan pola makan (diet), kedua, peningkatan aktivitas fisik, dan ketiga, modifikasi perilaku. Dan keempat, dokter dapat meresepkan obat antiobesitas atau kelima,merekomendasikan tindakan bedah untuk membantu menurunkan berat badan. Namun semua itu tergantung kepada kondisi tiap individu.

Tips Mencapai Berat Badan Sehat
·        Perubahan Pola Makan (Diet)Inti dari perubahan pola makan ini adalah mengurangi asupan kalori total. Caranya dengan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur, serta membatasi gula dan lemak. Bicarakan dengan dokter atau ahli gizi untuk mengetahui kebutuhan kalori anda. Diet ekstrim tidak disarankan karena dapat mengurangi nutrisi yang seharusnya diperlukan dalam masa pertumbuhan remaja, misalnya dengan terjadinya devisiensi vitamin. Puasa terus menerus juga bukanlah suatu jawaban karena penurunan berat badan kebanyakan berasal dari kehilangan air dari dalam tubuh, sehingga tubuh akan terasa lemas.
·        Peningkatan Aktivitas Fisik. Tujuan aktivitas fisik dalam penurunan berat badan adalah membakar lebih banyak kalori. Banyaknya kalori yang dibakar tergantung dari frekuensi, durasi, dan intensitas latihan yang dilakukan. Salah satu cara untuk menghilangkan lemak tubuh adalah dengan aerobic atau berjalan kaki selama 30 menit setiap harinya. Dapat pula dilakukan modifikasi yang dapat meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari. Misalnya dengan lebih memilih menggunakan tangga untuk naik atau turun beberapa lantai dibanding menggunakan elevator.
·        Modifikasi Perilaku. Modifikasi perilaku digunakan untuk mengatur/memodifikasi pola makan dan aktifitas fisik pada mereka yang menjalani terapi obesitas. Melalui modifikasi perilaku ini dapat diketahui faktor atau situasi apa yang dapat membuat berat badan menjadi berlebih sehingga diharapkan dapat membantu mengatasi ketidakpatuhan dalam terapi obesitas.
·        Obat antiobesitas. Dokter dapat mempertimbangkan memberikan obat antiobesitas jika : a)Metode penurunan berat badan lainnya tidak berhasil, b) Nilai BMI lebih dari 27 dan ada komplikasi medis dari obesitas, seperti peningkatan tekanan darah dan sleep apnea, c) Nilai BMI lebih dari 30.
Ada dua jenis obat yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk penurunan berat badan, yakni:
·        Sibutramin. Sibutramin bekerja untuk menekan nafsu makan dengan cara menghambat ambilan ulang neurotransmiter norepinefrin dan serotonin. Sibutamine mengubah kimiawi otak sehingga anda akan merasa lebih cepat kenyang. Walaupun secara umum sibutramin dapat lebih menurunkan berat badan dibanding diet dan olahraga, namun itu bukanlah segalanya. Penelitian menunjukkan bahwa setelah satu tahun, pengguna sibutramin mengalami penurunan berat badan hanya sekitar 5 kg dibanding mereka yang menjalani diet rendah kalori dan menggunakan placebo. Efek samping penggunaan sibutramin yakni peningkatan tekanan darah, sakit kepala, mulut kering, konstipasi dan insomnia.
·        Qrlistat. Qrlistat merupakan suatu penghambat lipase, bekerja dengan membatasi absorpsi lemak diet dari dalam tubuh. Orlistat mencegah penyerapan/apsospsi lemak di usus. Lemak yang tidak diserap akan keluar bersama kotoran. Rata-rata penurunan berat dengan menggunakan orlistat adalah sekitar 3 kg setelah satu tahun. Penggunaan orlistat harus disertai dengan diet untuk memperoleh hasil terbaik. Efek samping orlistat diantaranya kotoran yang berminyak dan pergerakan usus yang lebih kering. Karena orlistat menghalangi penyerapan beberapa nutrient, dokter juga akan menyarankan penggunaan multivitamin.
o   Tindakan pembedahan. Jika semua tindakan diatas tidak mampu menurunkan berat badan maka pembedahan dapat menjadi pilihan. Operasi gastric bypass dapat dilakukan dengan cara merubah anatomi sistem pencernaan untuk membatasi jumlah makanan yang di makan dan dicerna. Pembedahan untuk menurunkan berat badan dapat dipertimbangkan jika; 1) Nilai BMI 40 atau lebih dan 2) Nilai BMI antara 35-39,9 dan terdapat risiko kesehatan serius terkait obesitas, seperti diabetes atau peningkatan tekanan darah. (medicastoreonline)




                         file:///H:/ATASI+SEGERA+OBESITAS+PADA+REMAJA.htm

OBESITAS

OBESITAS
Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia karena prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa dan anak baik di negara maju maupun negara sedang berkembang. Di antara negara sedang berkembang, jumlah anak usia sekolah dengan overweight terbanyak berada di kawasan Asia yaitu 60% populasi atau sekitar 10,6 juta jiwa. Penelitian di Semarang pada tahun 2004 memperlihatkan bahwa prevalensi overweight pada anak 6-7 tahun adalah 9,1% sedangkan obesitas 10,6%. Peningkatan prevalensi obesitas terjadi karena berkurangnya aktivitas fisik dan perubahan pola makan. Metabolisme energi ini berperan penting dalam pengaturan berat badan dan patogenesis obesitas. Komponen terbesar pengeluaran energi adalah resting energy expenditure (REE) yang diperlukan untuk mempertahankan homeostasis tubuh, sedangkan aktivitas fisik merupakan kunci utama keseimbangan energi.
Aktivitas fisik menyumbang 31% pengeluaran energi pada anak laki-laki dan 25% pada anak perempuan. Begitu salah satu paparan yang disampaikan dr. Mexitalia Setiawati Estiningtyas, M. SpA(K) dalam Promosi Doktor Ilmu Kedokteran Pascasarjana UNDIP hari ini 27 Februari 2010. Sebagai promotor adalah Prof. Dr. dr. Ag. Soemantri, SpA(K), Ssi; dr. Damayanti R. Sjarif, PhD, SpA(K) dan Prof. Dr. dr. Hertanto Wahyu Subagio, MS, SpGK. Salah satu dokter yang pernah menyandang Dokter Teladan tingkat Nasional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada Tahun 1994 ini melakukan penelitian faktor risiko obesitas pada kelompok remaja obesitas dan gizi normal pada satu SMP di Semarang, dimana hasilnya memperlihatkan bahwa pengeluaran energi saat istirahat (REE) dan pengeluaran energi total (TEE) setelah dikontrol berat badan lebih rendah secara bermakna pada remaja obesitas dibanding remaja normal, tetapi tidak ada perbedaan pada tingkat aktivitas fisik dan asupan energi pada kedua kelompok. Semua subyek termasuk dalam kategori kurang aktif, dengan waktu yang dihabiskan untuk aktivitas sedang sampai berat hanya 30 menit / hari, dan jumlah langkah kaki 8.000 sampai 9.000 langkah kaki / hari, di bawah rekomendasi yang dianjurkan. Obesitas (kegemukan) pada remaja tidak dapat dipandang sebelah mata, semakin banyaknya remaja yang mengalami obesitas saat ini menjadi indikasi masalah kesehatan yang akan terus berkembang. Sebuah langkah penting untuk mengenal obesitas pada remaja secara lebih dalam, mengingat obesitas sering menimbulkan resiko kesehatan lainnya yang lebih serius. Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam American Journal of Epidemiology, mengungkapkan, obesitas yang dialami seseorang pada saat remaja berkaitan erat dengan peningkatan risiko kematian di usia paruh baya.
Penelitian tersebut melibatkan 227 ribu pria dan wanita Norwegia yang diukur tinggi dan berat badannya antara 1963-1975 saat mereka berusia antara 14-19 tahun, dengan mengikuti perkembangan mereka sampai tahun 2004, saat mereka rata-rata berusia 52 tahun, 9.650 orang diantaranya meninggal.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa mereka yang mengalami obesitas atau everweight (kelebihan berat badan) saat remaja diketahui 3-4 kali lebih beresiko mengalami penyakit jantung yang berujung pada kematian. Resiko kanker kolon serta penyakit pernapasan asma dan emfisema juga meningkat 2-3 kali.

Obesitas atau Overweight ?
Obesitas yang dalam bahasa awam sering disebut kegemukan merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang dan menyebabkan gangguan psikologis yang serius. Belum lagi kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Dapat dibayangkan jika obisitas terjadi pada remaja, maka remaja tersebut akan tumbuh menjadi remaja yang kurang percaya diri.
Obesitas terjadi jika seseorang mengkonsumsi kalori melebihi jumlah kalori yang dibakar. Pada hakikatnya tubuh memerlukan asupan kalori untuk kelangsungan hidup dan aktivitas fisik. Namun untuk menjaga berat badan, perlu adanya keseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar. Ketidakseimbangan energi yang terjadi dapat mengarah pada kelebihan berat badan dan obesitas. Ketidakseimbangan energi yang masuk dan keluar ini berbeda pada tiap individu. Beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya genetic dan lingkungan.
Derajat obesitas biasanya diukur dengan menghitung Body Mass Index (BMI) atau Index Massa Tubuh (IMT), Nilai BMI diperoleh dari membagi berat badan dalam kilogram (kg) dengan kuadrat tinggi dalam meter (m2). Nilai 25-29,9 dikategorikan sebagai berat badan lebih (overweight), sedangkan nilai 30 atau lebih dikatakan sebagai obesitas.

TABEL KLASIFIKASI BMI

Klasifikasi
BMI (kg/m2)
Underweight
< 18 – 50
Berat
< 16.00
Menengah
16.00 – 16.99
Ringan
17.00 – 18.49
Batas Normal
18, 50 – 24. 99
Overweight
> 25.00
Pre – obesitas
25.00 – 29.99
Obesitas
> 30.00
Obesitas I
30.00 – 34.99
Obesitas II
35.00 – 39.99
Obesitas III
40.00

Sumber : Diadaptasi dari WHO

Obesitas , Masalah Sensitif bagi Remaja
Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja yang mengalami kelebihan berat badan mungkin memperhatikan perubahan fisiknya tersebut. Disamping risiko kesehatan jangka panjang seperti peningkatan tekanan darah dan diabetes, masalah sosial dan emosional sebagai akibat kelebihan berat badan dapat menyebabkan remaja putus asa. Belum lagi jika usaha menurunkan berat badan tidak memberikan hasil terbaik.
Remaja perlu diingatkan bahwa tidak ada gambaran tubuh yang sempurna yang dapat dicapai. Berat yang sesuai untuk seseorang belum tentu tepat untuk orang lain. Remaja harus didorong untuk mencapai berat badan yang sehat.
Menurunkan berat badan dan tetap mempertahankannya merupakan komitmen jangka panjang. Diperlukan perubahan gaya hidup yang teratur dan konsisten agar upaya yang telah dilakukan tidak sia-sia. Diet yang berlebihan akan mengurangi asupan nutrisi yang diperlukan untuk perkembangan remaja. Sementara pil penurun berat badan instan hanyalah solusi sementara yang tidak menyelesaikan akar permasalahan.
Aktivitas fisik juga diperlukan untuk membantu penurunan berat badan dan membakar kalori. Ikut serta dalam tim olahraga di sekolah, bersepeda atau mungkin berjalan kaki ke sekolah merupakan diantara cara untuk membuat remaja tetap aktif. Mencuci mobil atau melakukan pekerjaan rumah tangga juga dapat dihitung sebagai aktivitas fisik.
Biasakan remaja untuk sarapan sebelum memulai aktivitas. Walaupun kadang dianggap sepele, namun sesungguhnya sarapan merupakan hal yang penting. Sarapan yang bergizi akan memberi energi untuk menghadapi aktivitas sepanjang hari. Selain itu, sarapan dapat mencegah remaja makan berlebihan pada siang dan malam harinya. Bekali juga remaja dengan cemilan sehat seperti buah-buahan.
Mengukur porsi makanan juga penting. Makanlah hanya saat lapar dan berhenti sebelum benar-benar merasa kenyang. Hal yang sering dilupakan oleh remaja adalah konsumsi minum-minuman yang mengandung gula dan kalori berlebih seperti soda. Padahal kelebihan kalori akan berakibat pada obesitas.
Kebiasaan sehat harus ditularkan ke seluruh anggota keluarga. Makanan sehat dan aktifitas fisik tentunya baik untuk semua orang. Remaja yang sedang dalam proses penurunan berat badan memerlukan dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitarnya.

Cara Penurunan Berat Badan yang Sehat
Tujuan dari terapi obesitas tak lain untuk mencapai dan menjaga berat badan yang sehat. Jumlah kilogram berat badan yang harus diturunkan ini terkadang lebih sedikit daripada yang dirasakan oleh mereka yang menjalani terapi obesitas.
Padahal, penurunan berat badan sekitar 5-10 % saja sudah dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan. Namun jangan pernah berhenti saat mencapai hasil ini. Penurunan berat badan 0,5 kg per minggu secara perlahan dan konstan merupakan cara yang aman untuk menjaga berat badan.
Upaya untuk mencapai berat badan yang sehat dapat dilakukan melalui; pertama,perubahan pola makan (diet), kedua, peningkatan aktivitas fisik, dan ketiga, modifikasi perilaku. Dan keempat, dokter dapat meresepkan obat antiobesitas atau kelima,merekomendasikan tindakan bedah untuk membantu menurunkan berat badan. Namun semua itu tergantung kepada kondisi tiap individu.

Tips Mencapai Berat Badan Sehat
·        Perubahan Pola Makan (Diet)Inti dari perubahan pola makan ini adalah mengurangi asupan kalori total. Caranya dengan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur, serta membatasi gula dan lemak. Bicarakan dengan dokter atau ahli gizi untuk mengetahui kebutuhan kalori anda. Diet ekstrim tidak disarankan karena dapat mengurangi nutrisi yang seharusnya diperlukan dalam masa pertumbuhan remaja, misalnya dengan terjadinya devisiensi vitamin. Puasa terus menerus juga bukanlah suatu jawaban karena penurunan berat badan kebanyakan berasal dari kehilangan air dari dalam tubuh, sehingga tubuh akan terasa lemas.
·        Peningkatan Aktivitas Fisik. Tujuan aktivitas fisik dalam penurunan berat badan adalah membakar lebih banyak kalori. Banyaknya kalori yang dibakar tergantung dari frekuensi, durasi, dan intensitas latihan yang dilakukan. Salah satu cara untuk menghilangkan lemak tubuh adalah dengan aerobic atau berjalan kaki selama 30 menit setiap harinya. Dapat pula dilakukan modifikasi yang dapat meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari. Misalnya dengan lebih memilih menggunakan tangga untuk naik atau turun beberapa lantai dibanding menggunakan elevator.
·        Modifikasi Perilaku. Modifikasi perilaku digunakan untuk mengatur/memodifikasi pola makan dan aktifitas fisik pada mereka yang menjalani terapi obesitas. Melalui modifikasi perilaku ini dapat diketahui faktor atau situasi apa yang dapat membuat berat badan menjadi berlebih sehingga diharapkan dapat membantu mengatasi ketidakpatuhan dalam terapi obesitas.
·        Obat antiobesitas. Dokter dapat mempertimbangkan memberikan obat antiobesitas jika : a)Metode penurunan berat badan lainnya tidak berhasil, b) Nilai BMI lebih dari 27 dan ada komplikasi medis dari obesitas, seperti peningkatan tekanan darah dan sleep apnea, c) Nilai BMI lebih dari 30.
Ada dua jenis obat yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk penurunan berat badan, yakni:
·        Sibutramin. Sibutramin bekerja untuk menekan nafsu makan dengan cara menghambat ambilan ulang neurotransmiter norepinefrin dan serotonin. Sibutamine mengubah kimiawi otak sehingga anda akan merasa lebih cepat kenyang. Walaupun secara umum sibutramin dapat lebih menurunkan berat badan dibanding diet dan olahraga, namun itu bukanlah segalanya. Penelitian menunjukkan bahwa setelah satu tahun, pengguna sibutramin mengalami penurunan berat badan hanya sekitar 5 kg dibanding mereka yang menjalani diet rendah kalori dan menggunakan placebo. Efek samping penggunaan sibutramin yakni peningkatan tekanan darah, sakit kepala, mulut kering, konstipasi dan insomnia.
·        Qrlistat. Qrlistat merupakan suatu penghambat lipase, bekerja dengan membatasi absorpsi lemak diet dari dalam tubuh. Orlistat mencegah penyerapan/apsospsi lemak di usus. Lemak yang tidak diserap akan keluar bersama kotoran. Rata-rata penurunan berat dengan menggunakan orlistat adalah sekitar 3 kg setelah satu tahun. Penggunaan orlistat harus disertai dengan diet untuk memperoleh hasil terbaik. Efek samping orlistat diantaranya kotoran yang berminyak dan pergerakan usus yang lebih kering. Karena orlistat menghalangi penyerapan beberapa nutrient, dokter juga akan menyarankan penggunaan multivitamin.
o   Tindakan pembedahan. Jika semua tindakan diatas tidak mampu menurunkan berat badan maka pembedahan dapat menjadi pilihan. Operasi gastric bypass dapat dilakukan dengan cara merubah anatomi sistem pencernaan untuk membatasi jumlah makanan yang di makan dan dicerna. Pembedahan untuk menurunkan berat badan dapat dipertimbangkan jika; 1) Nilai BMI 40 atau lebih dan 2) Nilai BMI antara 35-39,9 dan terdapat risiko kesehatan serius terkait obesitas, seperti diabetes atau peningkatan tekanan darah. (medicastoreonline)



                   file:///H:/ATASI+SEGERA+OBESITAS+PADA+REMAJA.htm